Poster film Pamali Dusun Pocong. Doc. PDP

Pamali: Dusun Pocong merupakan film horor Indonesia tahun 2023 yang disutradarai oleh Bobby Prasetyo. Sebagai lanjutan dari Pamali (2022), film ini terinspirasi dari video horor populer Indonesia berjudul Pamali: The Tied Corpse. Dibintangi oleh Fajar Nugra, Yasamin Jasem, dan Dea Panendra, film ini menghadirkan suasana mencekam dengan cerita yang penuh misteri dan teror.

Film ini berhasil mengemas cerita yang padat dengan alur yang menegangkan. Penampilan para aktor dan aktrisnya memberikan kehidupan pada karakter-karakter yang mereka perankan, membuat penonton dapat merasakan ketakutan. Film horor Indonesia selalu berhasil mencuri perhatian penontonnya berkat kemampuannya menghadirkan sensasi tegang dan mencekam.

Film Pamali: Dusun Pocong mengisahkan tiga perempuan petugas medis yang dikirim ke sebuah desa terpencil yang dilanda wabah misterius. Dengan bantuan dua penggali kubur, mereka menempuh perjalanan yang penuh rintangan hingga akhirnya tiba di desa tersebut. Namun situasi berubah menjadi mencekam ketika mereka terjebak dan satu per satu tewas secara tragis akibat pocong-pocong yang bangkit kembali, dipicu oleh pelanggaran adat atau pamali yang tanpa sengaja mereka lakukan.

Alur Film

Cerita dimulai dengan latar belakang sebuah dusun terpencil yang dilanda wabah penyakit misterius. Wabah ini telah berlangsung selama sebulan menyebabkan banyak warga jatuh sakit dan meninggal dunia. Desa yang biasanya ramai kini tampak sepi dan mencekam dengan banyak rumah kosong ditinggalkan penghuninya yang telah tiada.

Untuk mengatasi situasi genting ini, pihak berwenang mengirimkan tiga tenaga medis muda yaitu Mila (Yasamin Jasem), Gendis (Dea Panendra), dan Puput (Arla Ailani). Mereka ditugaskan untuk memberikan bantuan medis dan mencari tahu penyebab wabah tersebut. Bersama mereka, dua penggali kubur berpengalaman yang bernama Cecep (Fajar Nugra) dan Deden (Bukie B. Mansyur) turut serta untuk membantu proses pemakaman warga yang meninggal akibat wabah.

Setibanya di dusun tim ini segera menyadari keanehan yang menyelimuti desa tersebut. Suasana sunyi dan aura mistis terasa kental. Banyak jenazah yang belum dimakamkan menumpuk di gudang menunggu proses pemakaman. Warga yang masih hidup tampak enggan berinteraksi dan menyimpan ketakutan mendalam. Mereka juga mendapati bahwa banyak pasien yang dirawat di bangsal dengan kondisi yang memprihatinkan.

Seiring berjalannya waktu tim medis dan penggali kubur mulai mengalami berbagai kejadian aneh dan supranatural. Mereka sering mendengar suara-suara aneh, melihat bayangan misterius, dan merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata. Puncaknya mereka mulai diteror oleh penampakan pocong yang muncul di berbagai tempat terutama saat malam hari.

Mila sebagai pemimpin tim medis mencoba mencari penjelasan rasional atas kejadian-kejadian tersebut. Namun Gendis dan Puput mulai merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar wabah penyakit. Mereka menduga bahwa ada adat atau tradisi yang telah dilanggar yang menyebabkan kemarahan makhluk halus. Cecep dan Deden yang lebih akrab dengan kepercayaan tradisional, memperingatkan tim medis untuk menghormati adat istiadat setempat dan tidak melakukan hal-hal yang dianggap pamali atau terlarang.

Dalam upaya mereka untuk memahami situasi, tim ini berinteraksi dengan beberapa tokoh desa seperti Mang Ujang (Whani Darmawan) dan Ceu Imah (Wina Marrino) yang memberikan wawasan tentang kepercayaan dan adat istiadat setempat. Mereka menjelaskan bahwa desa tersebut memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi dan pelanggaran terhadap adat dapat mengundang bencana.

Salah satu adat yang paling dihormati adalah larangan bersiul di malam hari yang diyakini dapat memanggil roh-roh jahat. Namun tanpa sengaja salah satu anggota tim melanggar larangan tersebut, memicu serangkaian peristiwa supranatural yang semakin intens. Penampakan pocong menjadi lebih sering dan agresif menargetkan anggota tim satu per satu.

Menyadari bahwa mereka telah melanggar adat dan menyebabkan kemarahan makhluk halus, tim ini berusaha mencari cara untuk menebus kesalahan mereka. Dengan bimbingan dari tokoh-tokoh desa, mereka melakukan ritual permintaan maaf dan berusaha memulihkan keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh. Namun upaya mereka tidak mudah, karena mereka harus menghadapi ketakutan terdalam mereka dan menunjukkan penyesalan yang tulus.

Pesan dari Alur Film

Sepanjang film penonton disuguhkan dengan atmosfer mencekam yang dibangun melalui sinematografi yang gelap dan penggunaan efek suara yang menegangkan. Penampakan pocong digambarkan dengan detail yang menakutkan dan menambah intensitas horor dalam cerita. Selain itu film ini juga menyelipkan pesan tentang pentingnya menghormati tradisi dan kepercayaan lokal serta konsekuensi dari mengabaikan atau meremehkan hal-hal yang dianggap pamali.

Pamali: Dusun Pocong tidak hanya menawarkan kisah horor yang menegangkan, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai budaya dan pentingnya menghormati adat istiadat yang telah diwariskan oleh leluhur. Film ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap tradisi, terdapat makna dan tujuan yang lebih dalam yang sebaiknya tidak diabaikan.